Sesi “Modelling 101” yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan MIDSEA Summer School sukses diselenggarakan di Arjuna Room, Alana Hotel Yogyakarta. Sesi ini menghadirkan tiga pemateri utama, yaitu Dr. Hannah Clapham dari Saw Swee Hock School of Public Health, Prof. Jomar Fajardo Rabajante dari University of the Philippines Los Baños, dan Dr. Wirichada Pan-Ngum dari Mahidol-Oxford Tropical Medicine Research Unit (MORU). Ketiganya menyampaikan materi yang saling melengkapi tentang dasar-dasar pemodelan dalam konteks epidemiologi penyakit menular serta aplikasinya dalam kebijakan kesehatan masyarakat.
Pada sesi ini, peserta dibagi menjadi dua kelompok untuk menelaah dan mempresentasikan kajian terhadap dua artikel ilmiah yang menggunakan pendekatan pemodelan matematika dalam intervensi penyakit menular. Kelompok pertama beranggotakan tujuh orang membahas vaksinasi tuberculosis (TB), sementara kelompok kedua yang terdiri dari enam orang membahas vaksinasi malaria jenis Plasmodium vivax.
Kelompok pertama mengulas artikel berjudul “Age-targeted tuberculosis vaccination in China and implications for vaccine development: a modelling study“. Artikel ini menggunakan model kompartemental deterministik tingkat populasi yang terstratifikasi berdasarkan usia dan dibangun menggunakan bahasa R. Model dikalibrasi terhadap data demografi dan epidemiologis Tiongkok melalui dua tahap, yaitu kalibrasi manual untuk data tahun 2010–2050 dan pendekatan Approximate Bayesian Computation – Markov Chain Monte Carlo (ABC-MCMC) untuk mencocokkan dengan data TB. Validasi model dilakukan dengan membandingkan hasil simulasi terhadap 18 indikator epidemiologis serta data survei seperti QuantiFERON, yang memperlihatkan kesesuaian hasil model dengan kondisi riil.
Hasil kajian menunjukkan bahwa model ini sangat kuat baik secara matematis maupun empiris karena mempertimbangkan struktur usia secara rinci, status infeksi TB, dan berbagai skenario vaksinasi. Penelitian ini mengevaluasi 96 skenario kombinasi cakupan vaksin, efikasi, durasi perlindungan, dan status infeksi. Hasilnya menyimpulkan bahwa strategi vaksinasi yang ditargetkan kepada kelompok lansia (60–64 tahun), terutama dengan vaksin pasca-infeksi, memiliki dampak populasi yang jauh lebih besar dibandingkan vaksinasi remaja. Temuan ini sangat relevan mengingat pada tahun 2050, sekitar 75% kasus TB baru diperkirakan berasal dari kelompok usia di atas 65 tahun dan mayoritas disebabkan oleh reaktivasi infeksi laten. Dengan demikian, vaksinasi lansia terbukti lebih efisien dan memiliki nilai number needed to vaccinate (NNV) yang rendah. Penelitian ini memberi bukti kuat bahwa strategi vaksinasi di negara dengan populasi menua seperti Tiongkok perlu difokuskan pada kelompok usia lanjut untuk mendukung target eliminasi TB oleh WHO pada 2050.
Sementara itu, kelompok kedua mengkaji artikel berjudul “Global population-level impact and cost-effectiveness of a blood-stage Plasmodium vivax vaccine: a modelling study“. Model yang digunakan dalam studi ini berbasis individual-based simulation dan dirancang untuk menggambarkan dinamika infeksi, kekambuhan (relapse), serta dampak vaksinasi P. vivax pada populasi manusia dan vektor nyamuk. Parameter model dikumpulkan dari berbagai publikasi ilmiah dan data observasional, serta dikalibrasi dengan data prevalensi dan insidensi P. vivax dari 16 negara endemik yang mewakili spektrum geografis global. Validasi model dilakukan dengan membandingkan hasil simulasi terhadap data empiris seperti Global Burden of Disease dan studi lokal terkait efektivitas intervensi.
Model ini dinilai komprehensif karena tidak hanya memodelkan penularan dan kekambuhan, tetapi juga mengintegrasikan program pengobatan dan strategi vaksinasi dengan pertimbangan efikasi dan biaya. Penelitian ini mengevaluasi berbagai skenario vaksinasi anak usia 1–2 tahun dengan variasi efikasi (25%, 50%, 75%), durasi perlindungan (1 dan 5 tahun), serta kombinasi dengan pengobatan seperti primaquine (PQ) atau tafenoquine. Hasil model disajikan dalam bentuk grafik penurunan prevalensi dan insidensi infeksi, perhitungan DALYs (Disability-Adjusted Life Years) yang dicegah, dan analisis cost-effectiveness.
Studi ini menyimpulkan bahwa vaksin P. vivax dengan efikasi di atas 50% dan durasi perlindungan minimal satu tahun berpotensi menjadi intervensi tambahan yang biaya-efektif di sebagian besar wilayah endemik. Bahkan dengan efikasi 75% dan durasi lima tahun, hampir seluruh wilayah menunjukkan penghematan biaya dan dampak signifikan terhadap penurunan beban penyakit. Temuan ini menjadi dasar yang kuat untuk mendukung pengembangan dan distribusi vaksin P. vivax di tingkat global.
Kata Kunci: MIDSEA, Modelling, Infectious Diseases Modelling
Penulis: Leniy Eka Watiy
Foto: Lucetta Amarakamini