#MatematikaBangga: Tim Young Begawan Aktuaria UGM Raih Juara 2 Kompetisi Internasional SOA 2025

Yogyakarta – Tim Young Begawan Aktuaria (YBA) dari Program Studi Ilmu Aktuaria, Departemen Matematika FMIPA UGM, meraih Juara 2 dalam kompetisi internasional Student Research Case Study Challenge 2025 yang diselenggarakan secara daring oleh Society of Actuaries (SOA), Amerika Serikat. Penghargaan ini diumumkan pada 2 Mei 2025, setelah tim YBA lolos seleksi dan mempresentasikan proposal berjudul “TerraDam For A Better Tarrodan: A Holistic Approach to Tarrodan’s Financial and Infrastructure Resilience.”

Tim YBA beranggotakan Mohammad Firdaus (2021), Rafael Wicaksono Hadi (2022), Victorius Chendryanto (2022), Dewa Ayu Maharani Adithi Kirana (2022), dan Enricko Wisnu Arkana (2022), dengan bimbingan dari Dr. Danang Teguh Qoyyimi. Capaian ini menjadi prestasi membanggakan bagi UGM, mengingat Program Studi Ilmu Aktuaria baru berdiri pada tahun 2019.

Dalam proposalnya, tim YBA merancang sebuah program asuransi nasional untuk wilayah fiktif Tarrodan yang menghadapi risiko kerusakan bendungan tanah. Program ini menggabungkan pendekatan holistik melalui empat pilar utama: TerraDam Insurance, TerraDam Regulation, TerraDam Grant, dan TerraDam Token, guna mengurangi risiko kegagalan bendungan yang berpotensi menyebabkan kerugian ekonomi hingga lebih dari 182 miliar dolar, dengan probabilitas kegagalan bendungan rata-rata hampir 10% dalam 10 tahun.

Rafael Wicaksono Hadi mengungkapkan bahwa tantangan utama tim YBA terletak pada penerapan aktuaria dalam konteks bendungan yang belum pernah mereka pelajari sebelumnya. “Meskipun pendekatannya aktuaria, kami biasanya lebih fokus pada asuransi atau dana pensiun. Kali ini, kami benar-benar memulai dari nol untuk memahami konteksnya,” ujarnya.

Selain itu, tantangan lain yang dihadapi tim adalah manajemen waktu, mengingat beberapa anggota tim sibuk dengan magang, pengerjaan skripsi, dan pekerjaan yang sedang memasuki peak season. “Beberapa anggota tim lainnya juga banyak yang lembur hingga akhir pekan, jadi membagi waktu di tengah kesibukan itu menjadi tantangan besar bagi kami,” tambah Rafael.

Menurut Rafael, keunggulan proposal tim YBA terletak pada pendekatan holistik yang mencakup seluruh tahap pengurangan risiko: pre, mid, dan post-event. “Sub-sub program yang kami usulkan juga berusaha mencakup semua pemangku kepentingan secara adil. Kami juga menggunakan model matematis yang cukup kompleks untuk menyelesaikan isu besar dalam studi kasus ini, yaitu data yang hilang (missing values),” jelasnya.

Setelah diumumkan sebagai pemenang, tim YBA merasa sangat terkejut. “Jujur kami sangat terkejut, karena secara historis belum pernah ada tim dari Indonesia yang menang, paling jauh hanya sampai final di tahun 2021. Ditambah lagi, program studi Ilmu Aktuaria di UGM sendiri masih baru (baru berdiri tahun 2019), jadi bisa membawa nama UGM ke kancah internasional adalah sesuatu yang sangat membanggakan bagi kami,” ujarnya.

Salah satu momen paling berkesan bagi tim adalah saat mempresentasikan ide mereka di depan juri-juri ternama, mulai dari profesor, direktur program aktuaria dari berbagai negara maju, hingga petinggi perusahaan dari berbagai negara. “Mereka meluangkan waktu untuk mendengarkan presentasi kami. Rasanya luar biasa, kami tidak pernah menyangka bisa mendapatkan kesempatan seperti itu,” tambahnya.

Keberhasilan ini tidak hanya menjadi tonggak penting bagi tim YBA dan Program Studi Ilmu Aktuaria UGM, tetapi juga membuktikan kapasitas mahasiswa Indonesia dalam bersaing di level global melalui inovasi berbasis data dan pemodelan aktuaria.

Kata Kunci: Young Begawan Aktuaria, SOA, Ilmu Aktuaria
Penulis: Iin Nauli Rahmawati
Foto: Mohammad Firdaus