Matematika adalah cabang ilmu yang erat kaitannya dengan logika, yang menjadi dasar bagi perkembangan ilmu filsafat, termasuk filsafat tentang asal-usul kehidupan. Kehidupan dalam dunia ini dimulai dari sesuatu yang diawali, sebuah konsep yang direpresentasikan dengan angka satu (“1”). Hal ini menandakan bahwa keberadaan dunia ini berawal dari satu titik. Kehidupan tidak mungkin terjadi jika dimulai dari ketiadaan, yang dalam matematika dilambangkan dengan angka nol (“0”). Dari sini, angka-angka lainnya berkembang, membentuk himpunan bilangan asli, cacah, rasional, dan irasional melalui serangkaian operasi matematika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan perpangkatan.
Dalam kenyataannya, permasalahan dalam kehidupan semakin kompleks. Bonus demografi di Indonesia menyebabkan jumlah angkatan kerja pada usia produktif meningkat secara signifikan. Namun, ketersediaan lapangan kerja yang terbatas dan peningkatan penggunaan teknologi kecerdasan buatan telah meningkatkan tingkat pengangguran. Untuk menghadapi tantangan ini, diperlukan individu dengan kualitas dan soft skill yang baik. Pendidikan di Perguruan Tinggi yang berkualitas menjadi sarana penting untuk mencapai hal tersebut. Fenomena kompleks ini sering direpresentasikan dengan model matematika yang kompleks, yang dikenal sebagai model nonlinear. Namun, dengan asumsi-asumsi yang masuk akal, model tersebut dapat disederhanakan menjadi model linear.
Manusia hidup dengan berbagai cita-cita yang membentuk suatu barisan. Ketika satu cita-cita tercapai, biasanya muncul cita-cita lainnya. Sebagai contoh, mahasiswa memiliki cita-cita alami untuk meraih Indeks Prestasi Kumulatif yang tinggi dan lulus tepat waktu. Selanjutnya, mereka akan dihadapkan dengan dunia kerja yang kompetitif. Dengan bekal ilmu dan pengakuan resmi melalui ijazah, diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan kualitas kehidupan mereka.
Apabila kehidupan seseorang kurang layak, maka dengan berbekal ilmu dan ijazah, akan mempermudah untuk mendapatkan kehidupan yang layak. Apabila kehidupan seseorang sudah layak, maka akan meningkatkan kehidupan yang lebih layak lagi atau mencegah kehidupan yang tidak layak. Secara singkat dapat dikatakan bahwa dua cita-cita tersebut diupayakan agar mendapatkan kehidupan yang layak atau lebih layak sehingga akan terbebas dari kemiskinan. Bagi mereka yang hidup dalam kondisi yang kurang layak, ilmu dan ijazah yang mereka peroleh dapat menjadi kunci untuk memperbaiki keadaan mereka. Sementara bagi mereka yang sudah hidup layak, ilmu dan ijazah dapat menjadi alat untuk mencegah kemunduran atau bahkan meningkatkan kualitas hidup mereka lebih jauh. Dalam esensi, upaya untuk mencapai cita-cita tersebut bertujuan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik, yang bebas dari kemiskinan.
Dalam meraih cita-cita tersebut, mahasiswa perlu memiliki strategi yang baik, seperti mengoptimalkan manajemen waktu. Misalnya, membagi waktu sehari menjadi tiga bagian: untuk istirahat, belajar, dan kegiatan fisik. Di sisi lain, dalam mengejar kesuksesan akademik, mahasiswa harus mengatur pengambilan sks mata kuliah dengan bijak. Misalnya, mahasiswa program studi Ilmu Aktuaria berupaya untuk menyelesaikan 144 sks dalam waktu delapan semester dengan mengambil rata-rata 18 sks per semester. Konsep pembagian dan penjumlahan sks juga diterapkan dalam mengatur mata kuliah yang diambil. Jika mahasiswa harus mengulang mata kuliah, maka jumlah sks yang diambil akan berkurang. Dalam situasi nyata, terkadang terjadi konflik keinginan, seperti menambah sks yang akan meningkatkan beban belajar. Hal ini menunjukkan salah satu penerapan operasi matematika dalam konteks perkuliahan.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa matematika tidak hanya terbatas pada ruang kelas, tetapi juga berperan dalam berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, penting untuk terus memberikan perhatian pada penerapan matematika, karena ia dapat menjadi faktor krusial dan dimanfaatkan dalam perencanaan personal maupun perbaikan sosial ekonomi yang lebih luas.
Kata kunci: Operasi Matematika, Cita-Cita, Kemiskinan, Strategi, Manajemen Waktu
Penulis: Solikhatun
Editor: Sania Rizka Ramadhani
Fotografer: Solikhatun