Pemodelan Penyakit Menular: Fondasi Penting Epidemiologi Modern

Yogyakarta, 24 Juni 2025 — Sesi “Modelling 101” yang merupakan bagian dari rangkaian pelatihan epidemiologi regional, sukses diselenggarakan di Arjuna Room, Alana Hotel Yogyakarta. Kegiatan ini diikuti oleh 13 peserta dari berbagai negara, termasuk Indonesia, Filipina, Jepang, dan Thailand. Para peserta berasal dari beragam latar belakang, seperti dosen, peneliti, perwakilan dari WHO, dan mahasiswa.

Sesi ini menghadirkan tiga pemateri utama, yaitu Dr. Hannah Clapham, asisten profesor dari Saw Swee Hock School of Public Health; Prof. Jomar Fajardo Rabajante dari University of the Philippines Los Baños; serta Dr. Wirichada Pan-Ngum dari Mahidol-Oxford Tropical Medicine Research Unit (MORU). Ketiga narasumber membawakan materi yang saling melengkapi mengenai dasar-dasar pemodelan dalam epidemiologi penyakit menular.

Materi pembuka disampaikan oleh Dr. Hannah Clapham dalam kuliah bertajuk “Concepts in Infectious Disease Epidemiology and Modelling”. Ia menyoroti bagaimana pemodelan matematika dan komputasional berperan penting dalam memahami proses penyebaran penyakit menular dan merancang strategi pengendalian. Clapham menjelaskan bahwa model tidak hanya bersifat teoretis, tetapi bergantung pada bagaimana seseorang memandang sistem yang dikaji—apakah ingin memahami pola penularan, efektivitas intervensi, atau prediksi dinamika penyakit ke depan.

Ia menggarisbawahi pentingnya memasukkan informasi-informasi seperti data contact tracing, durasi kontak, dan struktur sosial ke dalam model. Hal ini dapat memengaruhi perhitungan laju penularan dan pembentukan strategi pencegahan. Masa inkubasi dan angka reproduksi dasar (R₀) dijelaskan secara sederhana: jika satu orang terinfeksi, berapa banyak orang lain yang kemungkinan akan ia infeksi. Dengan memahami elemen-elemen ini, pemodelan menjadi alat penting dalam merancang intervensi yang efektif.

Setelah kuliah utama, peserta dibagi ke dalam kelompok kecil untuk mengikuti sesi diskusi interaktif. Dalam sesi ini, dua kelompok terpilih mempresentasikan hasil diskusi mereka terkait pembentukan model matematis berbasis sistem persamaan diferensial (ordinary differential equations, ODE). Natthaprang Nittayasoot dari Thailand mempresentasikan pembentukan ODE dari model SIER yang memperluas model SIR dengan menambahkan kompartemen “exposed”. Sementara itu, Ye Win Thein dari Filipina memaparkan model ODE yang dirancang secara khusus untuk menggambarkan dinamika penularan penyakit Zika.

Ketiga pemateri memberikan bimbingan langsung selama diskusi berlangsung. Mereka secara aktif berpindah dari satu kelompok ke kelompok lain untuk memberikan masukan dan menjawab berbagai pertanyaan teknis dari peserta. Diskusi berlangsung hidup dan kolaboratif, dengan presentasi yang disampaikan secara lugas dan analitis oleh tiap kelompok.

Para peserta menunjukkan antusiasme tinggi sepanjang sesi. Mereka tidak hanya memahami materi yang disampaikan, tetapi juga mampu menerapkannya secara langsung melalui latihan pembentukan model. Banyak peserta menyampaikan bahwa pendekatan pembelajaran berbasis diskusi dan praktik ini sangat membantu dalam memahami konsep-konsep yang sebelumnya dianggap kompleks.

Dengan berakhirnya sesi “Modelling 101”, peserta diharapkan memiliki pemahaman yang lebih kuat mengenai bagaimana model dapat digunakan untuk memetakan penyebaran penyakit dan mendukung kebijakan kesehatan masyarakat secara berbasis bukti.

Kata Kunci: MIDSEA, Modelling, Infectious Diseases Modelling
Penulis: Leniy Eka Watiy
Foto: Lucetta Amarakamini