Ilustrasi Pertanian di Indonesia (Foto:mediatani.co)
Perubahan iklim global semakin memperburuk kondisi sektor pertanian di banyak negara, termasuk Indonesia. Pola cuaca yang tidak dapat diprediksi—seperti banjir, kekeringan, dan badai—sering kali menyebabkan gagal panen, yang berdampak langsung pada ketahanan pangan. Dalam menghadapi tantangan ini, asuransi pertanian menjadi solusi penting, terutama bagi petani kecil yang paling rentan terhadap risiko tersebut. Inovasi ini berperan besar dalam melindungi petani dari kerugian yang disebabkan oleh faktor-faktor alam, sekaligus mendukung pencapaian beberapa tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), terutama SDG 1 (Tanpa Kemiskinan) dan SDG 2 (Tanpa Kelaparan).
Fenomena cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi merupakan salah satu penyebab utama kerugian dalam sektor pertanian. Di Indonesia, dampak dari kekeringan yang diakibatkan oleh El Niño dan banjir akibat La Niña telah memaksa banyak petani mengalami gagal panen. Program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) yang diluncurkan pemerintah merupakan langkah signifikan dalam memberikan perlindungan kepada petani dari risiko iklim yang tidak menentu. Selain membantu para petani pulih dari kerugian finansial, asuransi ini juga memungkinkan mereka untuk tetap berproduksi, sehingga mendukung ketahanan pangan nasional dan mengurangi kemiskinan pedesaan, yang sejalan dengan pencapaian SDG 1.
Di tingkat global, asuransi pertanian juga memainkan peran kunci dalam menjaga stabilitas produksi pangan. Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Global Environmental Change, asuransi pertanian berbasis indeks cuaca telah diimplementasikan di banyak negara berkembang, termasuk India dan negara-negara di Afrika Timur. Pendekatan ini memungkinkan petani untuk menerima kompensasi berdasarkan parameter cuaca tertentu, tanpa perlu melakukan verifikasi lapangan yang memakan waktu. Dengan metode ini, proses klaim dapat dilakukan lebih cepat dan efisien, membantu petani memulihkan diri dari bencana alam lebih cepat, serta menjaga kelangsungan produktivitas pertanian.
Selain itu, asuransi pertanian juga berperan dalam pencapaian SDG 13 (Penanganan Perubahan Iklim). Dengan adanya perlindungan finansial, petani didorong untuk berinvestasi dalam teknologi dan praktik pertanian yang lebih berkelanjutan, seperti penggunaan varietas benih tahan cuaca ekstrem dan teknik irigasi yang hemat air. Inovasi ini tidak hanya membantu mengurangi kerugian akibat perubahan iklim, tetapi juga berkontribusi pada upaya mitigasi perubahan iklim melalui pengurangan emisi gas rumah kaca dari praktik pertanian tradisional.
Teknologi digital semakin berperan dalam meningkatkan efektivitas asuransi pertanian. Di banyak negara, data dari satelit dan sensor cuaca digunakan untuk memprediksi risiko cuaca dan menentukan premi asuransi yang lebih akurat. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Agricultural Systems menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi berbasis data dapat meningkatkan partisipasi petani dalam program asuransi, serta memberikan perlindungan yang lebih tepat sasaran. Teknologi ini memungkinkan deteksi dini terhadap potensi bencana, sehingga petani dapat mengambil langkah pencegahan yang diperlukan sebelum risiko terjadi.
Namun, tantangan masih tetap ada. Banyak petani, terutama di negara berkembang, belum sepenuhnya memahami manfaat dari asuransi pertanian. Edukasi yang lebih luas serta dukungan dari pemerintah dan sektor swasta diperlukan untuk memperluas cakupan asuransi ini. Sebuah artikel dalam Journal of Risk and Insurance mencatat bahwa keterbatasan akses terhadap layanan keuangan formal dan kurangnya literasi keuangan menjadi hambatan utama bagi petani dalam mengakses produk asuransi pertanian. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, lembaga keuangan, dan organisasi internasional sangat penting untuk memperluas akses dan meningkatkan kesadaran petani terhadap manfaat asuransi pertanian.
Secara keseluruhan, asuransi pertanian adalah alat penting dalam mendukung ketahanan pangan global di tengah perubahan iklim yang semakin ekstrem. Inovasi dalam sektor ini tidak hanya memberikan perlindungan kepada petani, tetapi juga berkontribusi pada pencapaian SDGs yang lebih luas, seperti pengurangan kemiskinan, penanganan perubahan iklim, dan peningkatan ketahanan pangan. Dengan teknologi yang terus berkembang dan kolaborasi lintas sektor yang semakin kuat, asuransi pertanian memiliki potensi besar untuk menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan bagi petani di seluruh dunia.
Kata Kunci: Asuransi, Pertanian, Perubahan Iklim
Referensi
Jensen, N., Barrett, C. B., & Mude, A. (2017). Cash transfers and index insurance: A comparative impact analysis from northern Kenya. Global Environmental Change, 15, 1-11. https://doi.org/10.1016/j.gloenvcha.2017.05.001
Carter, M. R., Cheng, L., & Sarris, A. (2016). Where and how index insurance can boost agricultural investments and productivity. Agricultural Systems, 148, 1-12. https://doi.org/10.1016/j.agsy.2016.07.007
Cole, S. A., Stein, D. J., & Tobacman, J. (2014). Dynamics of demand for index-based weather insurance: Evidence from a long-run field experiment. American Economic Review, 104(5), 284-290. https://doi.org/10.1257/aer.104.5.284
Chantarat, S., Mude, A. G., Barrett, C. B., & Carter, M. R. (2013). Designing index-based livestock insurance for managing asset risk in northern Kenya. Journal of Risk and Insurance, 80(1), 205-237. https://doi.org/10.1111/j.1539-6975.2012.01463.x
Clarke, D., Mahul, O., Rao, K. N., & Verma, N. (2012). Weather based crop insurance in India. Policy Research Working Paper No. 5985. World Bank. https://doi.org/10.1596/1813-9450-5985
Penulis: Silvina Rosita Yulianti